Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kembali menyumbang jumlah terbesar dalam catatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia
Menurut Muhadjir, minimnya lulusan SMK yang diserap oleh pasar kerja, dikarenakan program revitalisasi
Kondisi ini justru kontraproduktif dengan tujuan pemerintah yang ingin menekan tenaga kerja lulusan SD dan SMP
Hanif mengakui banyak problem SDM di angkatan kerja termasuk lulusan SMK. Hingga saat ini profil ketenagakerjaan secara keseluruhan di tahun 2018 masih menantang. Dari 131 juta angkatan kerja, 58 persen masih lulusan SD/SMP.
Seluruh delegasi untuk WSA 2018 ini merupakan lulusan SMKN 3 Boyolangu, SMKN 2 Kendal, SMKN 4 Surakarta, SMKN Bandung, SMKN 2 Banyumas, SMKN 2 Kota Serang, SMKN 2 Sukohardjo, SMKN PGRI 3 Malang, dan SMKN Immanuel.
Hanif mengatakan penyerahan sertifikasi dalam rangka mendorong agar relevansi kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan pasar kerja/industri berjalan relatif baik
Menurut Bakrun, pemerintah ingin memastikan para lulusan SMK tidak hanya merasakan pengalaman bekerja, namun juga terpakai oleh industri.
Sebab, sebagai bagian dari pendidikan vokasi, lulusan SMK dituntut siap untuk terjun di dunia usaha dunia industri dan dunia kerja (Iduka).
Link and match pendidikan vokasi dan industri tidak boleh berhenti pada penandatanganan kerja sama (MoU) belaka. Lebih dari itu, industri dituntut untuk menyerap lulusan SMK.
HRD BRI Wilayah 2 Jakarta, Erick, mengatakan bahwa lulusan SMK memiliki kesiapan untuk langsung terjun untuk menjadi professional.